ayah.

Minat benar saya pada sajak mata ayah yang ada dalam buku komsas tingkatan 2. Bila baca saja sajak itu, mesti teringat akan ayah.entah kenapa, saya merasakan watak dalam sajak seakan ayah dan saya.saya akan selalu ulang-ulang baca sajak bila ada masa luang. Sedih saja hati bila baca sajak mata ayah.nama pun sajak sedih, takkan pula mahu tersenyum bila baca.kan pelik tu.

Masa itu umur masih 14 tahun.Kerana minat akan sajak mata ayah melebihi dari sajak-sajak yang lain dalam buku komsas, saya lalu tulis sajak bertajuk mata ayah besar-besar atas kertas putih keras. Saya buat cantik-cantik dan letak corak-corak abstrak guna cat air atas kertas.saya warnakan guna cat air yang cantik itu hadiah dari seorang cikgu pada saya dengan hati riang agar lukisan saya jadi sangat cantik. Saya tulis sajak dalam pen dakwat basah hitam. Lalu saya letak reben renda warna krim yang saya dapat dari diyana di atas kertas. Habis saja kerja, saya tersenyum senang. Sudah siap. Saya baca kembali sajak dalam hati. Lalu, saya simpan baik-baik dalam laci. Ingat mahu tampal saja dalam bilik. Tapi rasa segan pula kalau ayah nampak. Maklumlah, saya kan tulis sajak tentang ayah. Waktu kecil-kecil dulu, malu selalu saja tak kena pada tempat. Sekarang juga sebenarnya.mungkin.

Hasil kerja saya yang itu tersimpan elok dalam laci. Sekali-sekala saya buka juga laci buat lihat-lihat kembali sajak.semasa umur 16 tahun, pertama kali saya tampal sajak mata ayah yang saya hias diruang yang boleh dilihat orang. Maklumlah, waktu itu saya masuk ke sekolah asrama. bila tahu saja yang saya akan ke MRSM, saya ambil sajak mata ayah yang saya decorate dan letak dalam beg galas. Boleh juga buat kenang-kenangan bila di MRSM nanti.sajak itu kemudian saya tampal di tepi katil yang boleh buat saya lihat dan baca selalu setiap hari.tempat sajak saya itu masih ditempat yang sama. Ditepi katil saya hingga saya tamat belajar di MRSM. Kertas sajak mata ayah saya bawa pulang .

Saya tidak buang. Adik awin kemudiannya menjadi pewaris hasil tangan saya itu. Saya beri untuk adik awin pula tampal di bilik asramanya agar adik awin juga akan selalu teringat jasa ayah membesarkan kami bila baca sajak itu..

Tidak banyak cerita tentang ayah.ayah seperti selalu seorang yang pendiam.dan cukuplah dengan kata-katanya yang sepatah dua untuk buat kita yang mendengar memahaminya.itulah ayah. Ayah tegas dalam diamnya.saya tahu.kadang-kadang saja ayah akan jadi orang yang banyak cakap.

Waktu kecil-kecil dulu, ayah suka mencium pipi saya.saya lalu akan menggaru-garu pipi kerana gatal disebabkan misai dan janggut ayah yang halus dan tajam-tajam itu terkena pipi saya.tapi saya suka pula tarik-tarik misai ayah.kelakar saja kalau teringat. =)

Kini, misai dan janggut ayah itu sudah ada warna-warna putih.rambut ayah juga. Bukan sikit yang sudah bertukar warna putih,tapi banyak.

Biarlah sudah banyak manapun uban ayah , saya tetap sayang ayah.biarlah sudah bertambah angka usia ayah, saya tetap sayang ayah.biarlah sudah banyak kendur dikulit ayah, saya tetap sayang ayah. biarlah sudah layu mata ayah yang penuh dengan cerita didalamnya, saya tetap sayang ayah.

Selamat hari ayah.setiap hari ialah hari untuk ayah.kerana setiap hari juga ayah ada dalam hati saya.terus tergambar dalam doa-doa saya. Buat ayah.